JENIS-JENIS PENYAKIT MATA

penyakit mata
Mata merupakan organ tubuh yang berfungsi untuk menerima informasi dalam bentuk visual. Prinsip kerja mata manusia sebetulnya hampir sama dengan kamera, yaitu dengan menangkap pantulan cahaya dari objek dan mengirimkan sinyal ke otak sehingga Anda bisa melihat bentuk, warna, dan gerak.

Proses melihat pada mata dimulai ketika objek atau benda memantulkan cahaya yang masuk ke mata dan diterima oleh kornea, pupil, lensa, lalu dipusatkan pada retina.

Adapun urutan mekanisme penglihatan pada mata manusia mulai dari masuknya cahaya hingga diterimanya sinyal penglihatan oleh otak adalah:

1.   Cahaya memantulkan citra objek dan terhantar pada garis lurus menuju mata Anda

2.   Cahaya masuk melalui kornea menuju pupil dan diteruskan ke lensa mata

3.   Kornea dan lensa membelokkan (membiaskan) cahaya agar difokuskan ke retina

4.   Sel fotoreseptor pada retina mengonversikan cahaya menjadi gelombang elektrik

5.   Gelombang elektrik mengalir melalui saraf optik menuju otak

6.   Otak memproses sinyal-sinyal tersebut menjadi sebuah bayangan

 

A.  Bagian-Bagian Mata

Di bawah ini adalah bagian-bagian mata beserta penjelasan singkat mengenai fungsinya.

1.   Sclera : Bagian putih pada mata yang melindungi bola mata dan menjaga bentuk mata tetap stabil.

2.   Pupil : Lubang hitam pada bagian tengah mata yang mengatur masuknya cahaya ke mata.

3.   Iris : Bagian berwarna dari mata yang mengontrol jumlah cahaya yang melalui pupil.

4.   Kornea : Lengkungan transparan yang melindungi iris dan pupil. Bersama lensa mata, kornea membelokkan (membiaskan) cahaya untuk fokus ke retina.

5.   Crystalline Lens (Lensa mata) : Lempengan transparan yang berada di belakang iris.

6.   Retina : Bagian belakang mata yang mengandung jutaan sel fotoreseptor (sensor untuk mengonversi cahaya menjadi gelombang elektrik). Sinyal-sinyal ini dikirim oleh saraf optik ke otak, di mana terjadi proses pembentukan bayangan objek.

7.   Macula : Bintik kecil dekat dengan bagian tengah retina yang menjadi pusat penglihatan.

8.   Badan Bening : Gel yang mengisi ruang tengah dari mata dan menjaga bentuk bola mata.

9.   Saraf Optik : Saraf di belakang mata yang membawa sinyal-sinyal dari retina ke otak.

10.       Konjungtiva : Lapisan membran tipis yang memberi perlindungan pada mata dan membantu agar tetap lembap. Bagian ini terletak di sepanjang kelopak bagian dalam dan permukaan bola mata.

11.       Beranda Depan : Cairan bening yang berada di antara iris dan kornea. Berguna untuk menjaga tekanan bola mata dan menjaga bentuk bulat bola mata bagian depan.

 

B.  Fungsi Mata

Berikut beberapa fungsi utama dari mata.

1.   Berkedip : Setiap saat Anda berkedip, sekresi garam (basal tears) dari air mata Anda di sapu di atas permukaan bola mata, menjaga bola mata tetap lembab dan bersih. Otot-otot pada kelopak mata atas mengontrol pergerakan membuka dan menutup.

2.   Bergerak : Enam otot 'extraocular' mengontrol pergerakan mata. Empat otot membantu mata bergerak ke atas, bawah, kiri dan kanan; dua lainnya mengatur mata untuk menyeimbangkan dengan pergerakan kepala.

3.   Berkedip : Setiap saat Anda berkedip, sekresi garam (basal tears) dari air mata Anda di sapu di atas permukaan bola mata, menjaga bola mata tetap lembab dan bersih. Otot-otot pada kelopak mata atas mengontrol pergerakan membuka dan menutup.

4.   Menangis : Cairan garam (air mata) yang mengandung protein, air, mucus dan minyak- dikeluarkan oleh lacrimal gland bagian atas, sisi luar dari mata. Air mata secara refleks melindungi dari penyebab iritasi seperti asap, debu dan angin.

Air mata karena emosi adalah sebuah respon dari rasa sedih atau bahagia - ada sebuah teori bahwa air mata yang baik bisa membantu tubuh lebih kuat dari racun dan zat merugikan.

5.   Melindungi : Mata terletak pada rongga di tengkorak untuk melindungi dari cedera. Bulu Mata dan kelopak mata menjaga dari debu dan kotoran. Alis mata dibentangkan untuk mengalihkan keringat masuk ke mata Anda.

 

C.  Jenis-Jenis Penyakit Mata

1.   Ablasio

Ablasio retina adalah salah satu penyakit mata yang kerap menjadi kekhawatiran banyak orang. Sebab, kondisi berupa terlepasnya retina atau selaput jala dari posisi aslinya ini bisa membuat mata buta secara permanen.

Tapi gangguan mata yang juga kerap disebut sebagai ablasi retina atau retinal detachment ini bisa diketahui penyebab dan gejalanya. Obat serta cara pengobatannya pun sudah ditemukan sehingga orang yang mengalaminya dapat sembuh.

 

a.   Penyebab Ablasio

Ada sejumlah faktor penyebab ablasio retina. Di antaranya luka pada mata, peradangan, komplikasi setelah operasi mata, katarak, rabun jauh akut, dan glaukoma. 

Usia lanjut juga bisa menjadi penyebab. Pemicunya adalah menurunnya kadar asam hialuronidase dalam vitreous akibat usia tua yang membuat topangan kolagen dalam mata kolaps dan akhirnya menyebabkan retina robek.

Di dalam mata, terdapat cairan seperti gel yang disebut vitreous. Ketika cairan ini keluar dari tempatnya akibat adanya robekan atau tarikan pada retina, bisa terjadi ablasio retina. Cairan vitreous yang terakumulasi dalam rongga mata dapat berujung pada kebutaan.

Dalam dunia medis, kondisi ini disebut ablasio retina regmatogen. Jenis ablasio ini adalah yang paling sering terjadi. 

Ada pula ablasio retina traksional, yakni ablasio yang disebabkan oleh tertariknya retina dari posisi semula akibat jaringan parut yang tumbuh pada mata. Jenis ablasio ini lebih kerap ditemukan pada penderita sakit gula atau diabetes.

Jaringan parut di mata akan muncul akibat pecahnya pembuluh darah baru yang amat rentan. Jaringan yang mirip bekas luka ini secara perlahan bisa menarik retina lepas dari posisinya yang kemudian menyebabkan ablasio. 

Selain itu, ada ablasio retina eksudatif yang dipicu oleh radang atau tumor koroid. Koroid adalah selaput yang banyak mengandung pembuluh pada mata.

Ketika penyakit ini muncul, cairan vitreous menumpuk di rongga mata tanpa adanya lubang atau robekan. Posisi retina bisa terangkat akibat menumpuknya cairan tersebut atau eksudat (campuran serum, sel, atau sel yang rusak yang keluar dari pembuluh darah) yang muncul karena peradangan. 

Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal JAMA Ophthalmology, gen juga bisa menjadi penyebab ablasio retina. Meski begitu, kasus ablasio yang disebabkan oleh warisan genetis lebih jarang ditemukan.

 

b.   Gejala Ablasio Retina

Tidak seperti yang dibayangkan kebanyakan orang, gejala ablasio retina tidak meliputi rasa sakit yang ekstrem meski mata terlihat dalam kondisi memprihatinkan. Justru tidak ada rasa sakit pada mata yang mengalami penyakit retina tersebut.

Orang yang menderita ablasio retina antara lain menunjukkan gejala:

1)   Penglihatan terhalang objek seperti tirai transparan yang menutupi mata akibat keruhnya vitreous oleh darah 

2)   Muncul seperti kilatan-kilatan cahaya secara mendadak saat melihat (fotopsia), biasanya dalam keadaan gelap

3)   Muncul floater atau bintik-bintik kecil yang melayang-layang ketika melihat

4)   Penglihatan mulai kabur

5)   Penurunan ketajaman penglihatan

6)   Mata terasa berat

Ablasio retina adalah penyakit mata yang memerlukan penanganan darurat. Penyakit ini bisa sembuh, tapi pengobatan harus dilakukan secepatnya di klinik atau rumah sakit khusus mata dengan dokter tepercaya begitu gejala terasa.

 

2.   Bufthalmus

Bufthalmus merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi terjadinya pembesaran bola mata, Kondisi ini sering kali ditemukan pada anak-anak sejak lahir hingga usia tiga tahun.

Istilah lain yang dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan ini adalah ox eye atau mata sapi. Bufthalmus dapat ditemukan pada salah satu atau kedua bola mata. Pada sekitar 75 persen kasus, pembesaran bola mata dapat ditemukan pada kedua mata.

Pada kondisi normal, diameter kornea rata-rata saat lahir adalah kurang dari 10,5 milimeter. Pembesaran bola mata, yang bisa dinilai dari diameter corneoscleral junction, yang melebihi 12 milimeter dapat menjadi penanda adanya bufthalmus.

Kondisi bufthalmus umumnya sudah muncul sejak lahir. Sayangnya, kondisi ini sering kali tidak disadari hingga anak bertambah besar. Padahal kondisi ini bisa menyebabkan kebutaan pada sekitar 10 persen kasus dan gangguan penglihatan pada sekitar 50 persen kasus.

 

a.   Penyebab Bufthalmus

Bufthalmus umumnya disebabkan oleh glaukoma kongenital. Kelainan ini dapat ditemukan pada 1 dari 10.000 kelahiran. Glaukoma kongenital adalah peningkatan tekanan bola mata yang ditemukan dalam tahun pertama kehidupan anak.

Penyebab glaukoma kongenital belum diketahui sepenuhnya. Ada beberapa teori yang dikemukakan para ahli. Antara lain karena adanya membran atau selaput yang menutupi sudut ruang anterior atau ruang depan mata (disebut membran Barkan), adanya sumbatan pada trabecular meshwork (jaringan spons di dasar kornea yang bertugas sebagai semacam pipa), dan gangguan perkembangan dari ruang anterior dalam rahim.

Semua hal tersebut dapat menyebabkan hambatan aliran keluar dari cairan dalam mata, sehingga meningkatkan tekanan bola mata. Tekanan yang tinggi inilah yang menyebabkan pembesaran bola mata (bufthalmus).

Pada kebanyakan kasus, glaukoma kongenital terjadi secara sporadis. Namun, pada beberapa kasus keadaan ini dapat diturunkan secara autosomal resesif atau karena masalah gen. Karena itu, pernikahan antar-saudara dapat meningkatkan risiko terjadinya bufthalmus.

 

b.   Gejala Bufthalmus

Beberapa tanda dan gejala bufthalmus yang bisa ditemui, antara lain:

1)   Epiphora (mata berair)

2)   Fotofobia (sensitif terhadap cahaya)

3)   Blepharospasm (spasme atau kontraksi tegang pada kelopak mata)

4)   Kemerahan pada konjungtiva mata

5)   Pembesaran kornea dan corneal clouding

6)   Gangguan penglihatan

 

c.   Pencegahan Bufthalmus

Karena penyebab bufthalmus belum banyak diketahui dan sering kali ditemukan sejak lahir, maka belum ada cara yang efektif untuk mencegahnya. Pengamatan terhadap bola mata bayi sejak lahir dan kontrol rutin ke dokter anak bisa membantu dikenalinya masalah sedini mungkin. Penanganan segera juga akan mencegah masalah menjadi parah.

 

3.   Blefaritis

Blefaritis adalah peradangan di kelopak mata. Kondisi ini dapat menyebabkan kelopak mata bengkak, kemerahan, dan terasa nyeri. Meski begitu, blefaritis umumnya bukanlah kondisi yang serius dan tidak menular.

Blefaritis dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi biasanya terjadi akibat penyumbatan pada kelenjar minyak di dekat akar bulu mata. Meski tidak berbahaya, blefaritis bisa menimbulkan gejala yang mengganggu, seperti mata bengkak dan perih. Oleh karena itu, kondisi ini perlu diperiksakan ke dokter agar bisa diobati dengan tepat sesuai penyebabnya.

 

a.   Penyebab Blefaritis

Blefaritis bisa terjadi pada kelopak mata luar maupun dalam. Berdasarkan bagian kelopak mata yang terkena, penyebab blefaritis bisa berbeda-beda, yaitui:

1)   Blefaritis anterior : Blefaritis anterior adalah peradangan di kelopak mata bagian luar. Blefaritis anterior umumnya disebabkan oleh kondisi berikut:

·        Infeksi bakteri Staphylococcus

·        Reaksi alergi, misalnya terhadap larutan lensa kontak, obat tetes mata, atau riasan mata

·        Ketombe dari kulit kepala atau alis yang jatuh ke kelopak mata

·        Infeksi kutu atau parasit, seperti Demodex, di bulu mata

2)   Blefaritis posterior : Pada blefaritis posterior, peradangan terjadi di kelopak mata bagian dalam yang bersentuhan langsung dengan bola mata. Blefaritis posterior dapat terjadi akibat:

·        Penyumbatan atau kelainan fungsi pada kelenjar minyak yang terletak di bagian dalam kelopak mata (kelenjar meibom)

·        Rosacea

·        Dermatitis seboroik

 

b.   Pencegahan Blefaritis

Untuk menghindari risiko terjadinya blefaritis, lakukanlah cara-cara berikut:

1)   Jangan menyentuh wajah atau mata sebelum mencuci tangan.

2)   Gunakan tisu atau kain bersih jika harus menyentuh mata yang gatal.

3)   Bersihkan riasan wajah dan mata secara menyeluruh sebelum tidur dan cuci muka dengan teratur.

4)   Bersihkan peralatan rias wajah dan mata secara rutin.

5)   Jangan berbagi alat rias dan make up dengan orang lain.

6)   Bersihkan air mata menggunakan tisu bersih.

7)   Gunakan obat tetes air mata buatan sesuai saran dokter jika menderita mata kering.

 

 

4.   Dakriosistitis

Dakriosistitis atau dacryocystitis adalah infeksi pada kantung air mata. Kantung air mata atau disebut juga kantung lakrimal merupakan bagian dari sistem drainase mata yang berfungsi untuk menampung air mata yang akan diteruskan ke hidung.

Dalam prosesnya, saat kita berkedip, air mata yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal menyebar ke permukaan mata dan membasahi mata. Air mata bekas ini kemudian akan mengalir ke saluran kecil (kanalikuli) menuju kantung air mata, dan diteruskan ke saluran nasolakrimal yang menghubungkan ke rongga hidung.

Jika kamu pernah bertanya-tanya, kenapa saat kita menangis air mata juga keluar dari hidung? jawabannya, karena semua air mata akan dialirkan ke hidung. Namun, dalam kondisi normal (air mata yang dihasilkan tidak sebanyak saat menangis), air mata yang masuk ke rongga hidung ini akan segera menguap atau diserap kembali sebelum kita menyadarinya, sehingga tidak keluar melalui hidung.

 

a.   Jenis Dakriosistitis

Berdasarkan jenisnya, infeksi kantung air mata atau dakriosistitis dibagi menjadi empat, yaitu akut, kronis, didapat (acquired), dan bawaan (kongenital). Semua jenis ini memiliki karakteristik yang berbeda. Kondisi akut dan kronis mengacu pada durasi gejala, sedangkan kondisi yang didapat atau bawaan lebih mengacu pada onset dan penyebab kondisi.

1)   Akut: Dakriosistitis akut biasanya berlangsung kurang dari tiga bulan. Beberapa bakteri yang sering dikaitkan menyebabkan dakriosistitis jenisini adalah Staphylococcus, Streptococcus, Haemophilus Influenza, dan Pseudomonas aeruginosa.

2)   Kronis: Dakriosistitis kronis biasanya berlangsung lebih lama daripada dakriosistitis akut. Ini sering kali terjadi karena adanya penyakit sistemik, infeksi berulang, dakriolit, dan debris inflamasi kronis sistem nasolakrimalis.

3)   Didapat: Dakriosistitis yang didapat adalah jenis yang terjadi akibat trauma berulang, operasi, obat-obatan, dan neoplasma.

4)   Bawaan: Merupakan jenis dakriosistitis yang terjadi akibat obstruksi membran katup Hasner yang terletak di saluran nasolakrimalis. Saat masih di dalam rahim, saluran nasolakrimalis bayi diisi oleh cairan ketuban. Namun, ketika ini gagal dibersihkan saat lahir maka dapat menyebabkan dakriosistitis. Jenis ini lebih banyak ditemukan pada bayi baru lahir dan biasanya sembuh sebelum tahun pertama kehidupan.

 

b.   Gejala Dakriosistitis

Gejala dakriosistitis umumnya ringan. Namun, pada beberapa kasus bisa menyebabkan kondisi yang parah. Orang dengan dakriosistitis akut biasanya mengalami gejala yang tiba-tiba dan disertai kondisi seperti berikut ini:

1)   Nyeri.

2)   Demam.

3)   Kemerahan, yang bisa meluas ke batang hidung.

4)   Pembengkakan.

5)   Mata berair.

6)   Nanah keputihan atau lendir di sudut mata.

Sementara itu, orang dengan dakriosistitis kronis biasanya menunjukkan gejala yang bertahap dan lebih ringan daripada dakriosistitis akut. Gejala dapat berupa rasa sakit atau ketidaknyamanan di sudut mata, robekan, dan keluarnya cairan yang berlebihan.

Terkadang, dakriosistitis jenis ini juga bisa memengaruhi ketajaman visual karena produksi film air mata.

 

c.   Penyebab Dakriosistitis

Penyumbatan pada saluran air mata atau saluran nasolakrimal adalah penyebab umum dakriosistitis. Penyumbatan ini menyebabkan air mata yang seharusnya dikeluarkan terperangkap dalam kantung air mata, dan membentuk 'kolam’ air mata.

Kondisi ini kemudian memicu pertumbuhan bakteri di dalam kolam air mata tersebut, menyebabkan infeksi pada kantung air mata. Beberapa faktor juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami dakriosistitis, yaitu:

1)   Usia yang lebih tua, biasanya usia di atas 40 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami dakriosistitis.

2)   Perempuan, karena mereka memiliki diameter saluran air mata yang lebih sempit dibandingkan dengan laki-laki.

3)   Dakriolit, yaitu kumpulan sel epitel, lipid, dan puing-puing amorf yang terlepas di dalam sistem nasolakrimal.

4)   Kerusakan pada sistem nasolakrimal akibat trauma tertentu, misalnya cedera pada hidung atau mata.

5)   Neoplasma.

6)   Rinitis atau radang selaput lendir di hidung.

7)   Penyakit sistemik, seperti granulomatosis Wegener, sarkoidosis, dan lupus.

 

5.   Endoftalmitis

Infeksi yang menyebabkan peradangan pada bola mata disebut juga kondisi endoftalmitis. Infeksi endoftalmitis disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan parasit. Sebagian besar kasus, endoftalmitis karena infeksi bakteri yang masuk dalam mata melalui luka.

Bahkan, infeksi dari bagian lain di tubuh juga bisa menyebar ke mata melalui darah yang menyebabkan endoftalmitis. Gejala umum endoftalmitis adalah menimbulkan rasa sakit, gangguan penglihatan, mata merah atau bahkan ada nanah dari mata yang sakit.

Endoftalmitis tergolong keadaan darurat medis dengan risiko tinggi kehilangan penglihatan. Inilah sebabnya, kondisi gejala ringan pun memerlukan diagnosis dan pengobatan dari dokter mata.

Endoftalmitis tidak hanya karena satu penyebab. Endoftalmitis hematogen, terjadi karena infeksi menyebar melalui aliran darah yang mengendap di mata. Gejalanya berkembang secara bertahap, seperti kemampuan penglihatan yang menurun tergolong ringan selama beberapa pekan.

Kondisi penglihatan mengambang, semi-transparan dan tampak gelap. Adapun cara sederhana mencegah endoftalmitis, yaitu memakai kacamata untuk melindungi saat berakitivitas. Cara lain yang juga penting ialah membersihkan tangan, dan menggunakan obat tetes mata.

 

a.   Penyebab Endoftalmitis

Endoftalmitis bisa disebabkan oleh infeksi kuman di dalam bola mata. Kuman tersebut dapat berupa bakteri, jamur, virus, atau parasit. Berdasarkan sumber infeksinya, endoftalmitis terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :

1)   Endoftalmitis Eksogenus : Endoftalmitis eksogenus terjadi akibat infeksi dari luar tubuh. Kondisi ini bisa terjadi saat kuman masuk ke dalam bola mata saat operasi mata, suntikan di bola mata, atau cedera mata.

2)   Endoftalmitis endogenus : Endoftalmitis endogenus disebabkan oleh infeksi dari bagian tubuh lain yang menyebar ke mata. Salah satunya, infeksi tersebut dapat berasal dari infeksi di aliran darah.

 

b.   Gejala Endoftalmitis

Gejala endoftalmitis bisa muncul dalam beberapa hari atau bulan setelah terjadi infeksi. Tanda dan gejala endoftalmitis dapat berupa :

1)   Mata merah

2)   Kelopak mata bengkak.

3)   Nyeri di mata yang makin memburuk.

4)   Sensitif terhadap cahaya.

5)   Pandangan kabur

6)   Ketajaman penglihatan menurun.

7)   Keluar nanah dari mata

 

c.   Pencegahan Endoftalmitis

Cara mencegah endoftalmitis adalah dengan menggunakan pelindung mata bila Anda bekerja sebagai tukang bangunan, pengelas, penggergaji kayu, atau atlet olahraga yang melibatkan kontak fisik.

Bila Anda menjalani operasi katarak atau operasi mata lainnya, ikuti petunjuk dokter mengenai hal-hal yang harus dilakukan setelah operasi. Selain itu, lakukan kontrol rutin agar dokter mengetahui perkembangan kondisi Anda.

 

6.   Glaukoma

Jadi, glaukoma adalah kondisi medis berupa gangguan penglihatan yang disebabkan oleh kerusakan saraf mata. Biasanya, kerusakan saraf mata tersebut terjadi karena adanya tekanan tinggi pada bola mata.

Namun, ada beberapa kasus glaukoma yang terjadi walau tekanan pada bola matanya masih dalam batas normal sekalipun. Jika terjadi cukup parah, glaukoma adalah kondisi yang bahkan bisa mengakibatkan kebutaan.

Penyakit glaukoma sering dialami oleh orang tua lanjut usia, terutama yang berumur di atas 60 tahun. Walau demikian, tidak menutup kemungkinan kondisi tersebut dialami oleh yang berumur di bawah 60 tahun. 

 

a.   Penyebab Glaukoma

Secara spesifik, penyebab glaukoma adalah meningkatkan tekanan intraokular yang ada di dalam mata karena produksi aqueous humour berlebih. Aqueous humour adalah cairan alami pada mata yang memiliki fungsi untuk membersihkan kotoran, menjaga bentuk, serta menyuplai nutrisi pada mata.

Ketika penumpukan cairan tersebut terjadi, tekanan pada bola mata akan meningkat dan bisa menyebabkan kerusakan saraf optik dan glaukoma adalah kondisi yang didasari oleh hal tersebut. Selain itu, glaukoma dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebabnya tersebut, yaitu:

1)   Glaukoma sudut terbuka: merupakan jenis glaukoma yang terjadi karena saluran trabecular meshwork (saluran pengalir aqueous humour) tersumbat sebagian.

2)   Glaukoma sudut tertutup: jenis glaukoma yang terjadi karena saluran trabecular meshwork tertutup atau tersumbat sepenuhnya. Jenis glaukoma ini sering ditemukan pada orang Asia.

3)   Glaukoma kongenital: disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada bayi baru lahir atau kondisi bawaan. Karena itulah, glaukoma kongenital biasa dialami oleh anak-anak.

4)   Glaukoma tekanan normal: kerusakan saraf mata yang terjadi walaupun tekanan bola matanya dalam batas normal. Biasanya, jenis glaukoma ini dipengaruhi oleh hipersensitivitas atau aliran darah yang tidak baik.

5)   Glaukoma sekunder: disebabkan oleh komplikasi penyakit lain , seperti diabetes atau hipertensi. Atau, glaukoma sekunder juga bisa diakibatkan konsumsi obat-obatan tertentu.

 

b.   Gejala Glaukoma

Glaukoma adalah kondisi yang gejalanya sering kali baru muncul beberapa tahun setelah penderita mengidap hal tersebut. Karena itulah, banyak penderitanya tidak sadar bahwa ia mengalami glaukoma.

Penderita glaukoma cenderung baru menyadari kondisinya ketika sudah mengalami masalah penglihatan, seperti jarak pandang menyempit, penglihatan kabur, dan lain sebagainya.

Maka dari itu, gejala glaukoma penting untuk Anda ketahui agar bisa mendeteksi penyakit ini sedini mungkin.Beberapa gejala yang umum terjadi pada penderita glaukoma adalah sebagai berikut:

1)   Mata terlihat berkabut. Gejala glaukoma ini biasanya dialami oleh bayi.

2)   Sakit kepala.

3)   Nyeri pada area mata.

4)   Mual dan muntah.

5)   Mata memerah.

6)   Penglihatan terlihat kabur.

7)   Jarak pandang menyempit, seperti muncul tunnel vision atau penglihatan mengerucut ke depan membentuk terowongan.

8)   Munculnya titik berwarna kehitaman yang terlihat melayang-layang mengikuti gerakan mata. 

 

7.   Gonoblenorrhoe

Gonoblenore adalah radang selaput lendir mata yang sangat mendadak ditandai dengan getah mata yang bernanah yang kadang-kadang bercampur darah yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonoroika.

Proses peradangan yang sangat mendadak pada selaput lendir mata dapat disebabkan oieh Neisseria gonoroika, yaitu kuman-kuman berbentuk bulat, yang sering menjadi penyebab uretritis (radang saluran kemih) pada pria dan vaginitis (radang kemaluan) pada wanita.

Gonoblenorrhoe merupakan salah satu penyakit mata yang terjadi pada bayi yang baru lahir karena ibunya menderita gonorrhoe. Gonorrhoe juga dapat menyerang orang dewasa secara aut infeksi melalui tangan atau handuk.

Gejalanya gonoblenorrhoe adalah mata bayi bengkak, bernanah, dan tidak dapat membuka. Jika tak langsung ditangani, dalam waktu 3 minggu bola mata akan pecah dan menyebabkan buta permanen.

 

Gejala Penyakit Gonoblenore

Penyakit Gonoblenore dapat terjadi secara mendadak. Masa inkubasi (massa mulai masuknya kuman sampai timbul gejala penyakit) dapat terjadi beberapa jam sampai 3 hari. Keluhan utamanya adalah mata merah bengkak, dengan getah mata seperti nanah kadang bercampur darah.

Bayi umur kurang dari 1 tahun juga bisa terkena penyakit ini, biasanya didapatkan karena tertular oleh ibunya, pada waktu melewati jalan lahir. Namun pada bayi ini biasanya yang kena kedua mata langsung.

Bayi umur kurang dari 5 tahun bila terkena, biasanya ada kontak dengan orang tuanya. Pengobatan Gonoblenore ini harus benar-benar intensit, sebab jika tidak, dapat terjadi pecahnya kornea

 

8.   Gangguan Lensa Mata

Lensa mata memegang peran penting dalam sistem penglihatan kita. Namun, seperti bagian tubuh lainnya, lensa mata juga rentan terkena penyakit. Ada berbagai jenis penyakit yang dapat menyerang lensa mata, mulai dari kondisi ringan hingga kondisi serius yang membutuhkan perawatan medis.

Pengetahuan tentang jenis-jenis penyakit pada lensa mata dapat membantu kita dalam menjaga kesehatan mata dan meminimalisir resiko terkena masalah penglihatan. Berbagai jenis penyakit atau keluhan dapat menyerang lensa mata manusia. Berikut adalah beberapa penyakit yang sering terjadi pada lensa mata:

a.   Kelainan Refraksi

Kelainan refraksi adalah suatu kondisi dimana sistem penglihatan tidak dapat memfokuskan cahaya dengan tepat pada retina, sehingga menyebabkan gangguan pada penglihatan.

Kelainan refraksi dapat terjadi salah satu atau kedua mata dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelainan bentuk atau ukuran mata, kerusakan pada lapisan mata, atau penyakit sistemik seperti diabetes.

Menurut perkiraan dari World Health Organization (WHO), sebanyak 253 juta orang di seluruh dunia mengalami masalah penglihatan, termasuk 36 juta orang yang buta dan 217 juta orang dengan masalah penglihatan ringan hingga berat.

Ini menunjukkan betapa tingginya kejadian kelainan refraksi di sekitar kita. Secara umum masyarakat lebih mengenal kelainan refraksi ini dengan sebutan mata minus (miopi), rabun dekat (hipermetropi), mata tua (presbiopi), silinder (astigmatisme). 

Pada umumnya, penderita kelainan refraksi dapat memperbaiki penglihatannya dengan menggunakan alat bantu seperti kacamata atau lensa kontak. Namun, untuk mengatasi masalah ini secara permanen, diperlukan tindakan lasik untuk membebaskan mereka dari ketergantungan pada alat bantu penglihatan tersebut.

Pemeriksaan mata dan pengobatan yang tepat dapat membantu mengatasi kelainan refraksi dan meningkatkan kualitas penglihatan. Berikut ini penjelasan mengenai beberapa kelainan refraksi:

1)   Mata minus atau rabun jauh (Miopi) : Mata minus atau rabun jauh dan memiliki istilah medis miopia adalah kelainan refraksi yang ditandai dengan gejala penglihatan dapat melihat objek yang berjarak dekat dengan kita dengan jelas, namun buram untuk melihat objek yang lebih jauh. 

Hal ini terjadi akibat bentuk atau panjang bola mata menyebabkan sinar cahaya masuk ke dalam bola mata yang dibiaskan secara tidak tepat, sehingga memfokuskan objek jatuh di depan retina, bukan pada retina.

2)   Rabun dekat (Hipermetropi) : Rabun dekat adalah kebalikan dari miopi. Penderita rabun dekat atau hipermetropi adalah kondisi dimana seseorang memiliki masalah dalam melihat objek yang berada dekat, akan tetapi dapat melihat dengan jelas objek yang berada jauh.

Hal ini terjadi karena cahaya yang masuk ke mata terfokus di belakang retina, bukan tepat pada retina itu sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh panjang mata yang terlalu panjang, atau kelengkungan permukaan mata yang terlalu cekung.

3)   Silinder (Astigmatisme) : Mata silinder atau astigmatisme adalah kelainan refraksi akibat ketidaksempurnaan bentuk kornea atau lensa mata yang menyebabkan penglihatan jauh kabur dan berbayang, sedangkan untuk penglihatan dekat masih terlihat normal.
Astigmatisme terjadi ketika kornea atau lensa mengalami kelengkungan yang tidak sesuai. Jika pada kondisi normal memiliki satu kurva seperti bola bundar (spheris), namun pada penderita astigmatisme 
kornea dan atau lensa mata memiliki permukaan berbentuk telur (oval).

Hal inilah yang menyebabkan terjadinya fokus yang tidak teratur pada retina, sehingga menyebabkan penglihatan yang buram atau  distorsi.

4)   Mata tua (Presbiopi) : Mata tua atau presbiopi merupakan kondisi yang sangat umum dialami oleh lansia maupun orang dewasa berusia diatas 45 tahun dan terjadi karena proses penuaan.

Presbiopi adalah gangguan mata akibat lensa mata yang kaku, sehingga sulit untuk membiaskan dan memfokuskan cahaya tepat pada retina mata.

 

b.   Katarak

Katarak adalah suatu penyakit ketika lensa mata menjadi keruh dan berawan. Pada umumnya, katarak berkembang perlahan dan awalnya tidak terasa mengganggu. Namun, lama-kelamaan, katarak akan mengganggu penglihatan dan membuat pengidap merasa seperti melihat jendela berkabut, sulit menyetir, membaca, serta melakukan aktivitas sehari-hari. Penyakit mata ini merupakan penyebab kebutaan utama di dunia yang dapat diobati.

 

Penyebab Katarak

Penyebab katarak yang paling umum ditemui adalah akibat proses penuaan atau trauma yang menyebabkan perubahan pada jaringan mata. Lensa mata sebagian besar terdiri dari air dan protein. Dengan bertambahnya usia, lensa menjadi semakin tebal dan tidak fleksibel. 

Hal tersebut menyebabkan gumpalan protein dan mengurangi cahaya yang masuk ke retina, sebuah lapisan yang sensitif terhadap cahaya yang terletak di belakang dalam mata.

Kondisi tersebut pada akhirnya menyebabkan pandangan kabur dan tidak tajam. Perubahan lensa diawali dengan warna kuning kecoklatan ringan, tetapi semakin memburuk seiring dengan bertambahnya waktu.

Beberapa kelainan genetik bawaan juga bisa menyebabkan masalah kesehatan lain yang bisa meningkatkan risiko katarak. Selain itu, katarak juga bisa disebabkan oleh kondisi mata lain, operasi mata sebelumnya, atau kondisi medis seperti diabetes.

 

Gejala Katarak

Pengidap katarak bisa mengalami beberapa gejala, contohnya seperti: 

·        Pandangan kabur seperti berkabut.

·        Melihat lingkaran di sekeliling cahaya.

·        Pandangan ganda.

·        Penurunan penglihatan pada malam hari.

·        Rasa silau saat melihat lampu mobil, matahari, atau lampu.

·        Sering mengganti ukuran kacamata.

·        Warna di sekitar terlihat memudar.

 

Pencegahan Katarak

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah katarak, antara lain:

·        Memeriksakan mata secara teratur pada dokter spesialis mata.

·        Melindungi mata dari benturan dan cahaya matahari yang terlalu lama, dengan menggunakan kacamata yang melindungi dari sinar ultraviolet baik UVA dan UVB.

·        Kelola masalah kesehatan lain, seperti diabetes yang bisa meningkatkan risiko katarak.

·        Membatasi kebiasaan menyetir di malam hari.

·        Memperbaiki pencahayaan di rumah.

·        Menggunakan kaca pembesar saat membaca.

·        Berhenti merokok dan kurangi konsumsi alkohol

·        Terapkan pola makan dengan memperbanyak buah-buahan dan sayuran.

 

9.   Iridosiklitis

Iridosiklitis adalah kondisi ketika bagian iris mata (bagian berwarna mata) dan badan siliaris (otot dan jaringan yang terlibat dalam memfokuskan mata) meradang. Kondisi ini juga biasa disebut iritis atau uveitis anterior.

Iris terdiri dari serat otot yang mengontrol seberapa banyak cahaya yang masuk ke pupil, sehingga kamu bisa melihat dengan jelas. Ini membuat pupil lebih kecil dalam cahaya terang dan lebih besar dalam cahaya redup.

Iridosiklitis dapat menyebabkan masalah serius, termasuk kehilangan penglihatan. Temui dokter  sesegera mungkin jika mengalami sakit mata, kemerahan, atau penglihatan kabur.

 

a.        Penyebab Iridosiklitis

Penyebab pasti dari iridosiklitis sering kali tidak bisa ditentukan. Dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat dikaitkan dengan trauma mata, faktor genetik, atau penyakit tertentu.  Beberapa hal yang diduga menjadi penyebab iridosiklitis meliputi:

1)   Cedera pada mata : Trauma benda tumpul, cedera tembus, atau luka bakar dari bahan kimia atau api.

2)   Infeksi : Infeksi virus di wajah, seperti cold sore dan herpes zoster yang disebabkan oleh virus herpes.

3)   Predisposisi genetik : Orang yang mengembangkan penyakit autoimun tertentu, karena perubahan gen yang memengaruhi sistem kekebalan mungkin juga mengembangkan iridosiklitis akut. 

4)   Penyakit Behcet : Kondisi ini juga ditandai dengan masalah persendian, sariawan, dan luka genital.

5)   Artritis reumatoid remaja : Iridosiklitis kronis dapat berkembang pada anak-anak dengan kondisi ini.

6)   Sarkoidosis : Penyakit autoimun ini melibatkan pertumbuhan kumpulan sel inflamasi di area tubuh, termasuk mata.

7)   Obat-obatan tertentu : Misalnya antibiotik rifabutin dan obat antivirus cidofovir, yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV. 

 

b.        Gejala Iridosiklitis

Iridosiklitis dapat terjadi pada satu atau kedua mata. Kondisi ini biasanya berkembang tiba-tiba, dan bisa bertahan hingga tiga bulan.

Tanda dan gejala iridosiklitis meliputi:

1)   Mata merah.

2)   Ketidaknyamanan atau rasa sakit di mata yang terkena.

3)   Kepekaan terhadap cahaya.

4)   Penglihatan berkurang.

Iridosiklitis yang berkembang tiba-tiba, selama berjam-jam atau berhari-hari, dikenal sebagai iritis akut. Gejala yang berkembang secara bertahap atau berlangsung lebih lama dari tiga bulan menunjukkan iridosiklitis kronis.

 

c.        Pencegahan Iridosiklitis

Iridosiklitis pada individu yang sehat tidak dapat dicegah karena sering kali penyebabnya tidak diketahui. Namun, pada orang dengan penyakit autoimun, menjaga kondisi tersebut dapat membantu kesehatan tubuh yang lebih baik, termasuk mata. 

Diagnosis dini dan perawatan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius. Termasuk kehilangan sebagian atau seluruh penglihatan secara permanen.

Jika tidak diobati, glaukoma, katarak atau edema retina dapat berkembang dan menyebabkan kehilangan penglihatan permanen. Iridosiklitis biasanya merespons dengan baik terhadap pengobatan. Namun, kondisi ini dapat terjadi berulang.

 

10.       Infeksi Mata

Ada bermacam-macam penyakit mata yang bisa timbul akibat infeksi, tergantung bagian mata yang diserang dan mikroorganisme penyebabnya. Berikut ini adalah beberapa penyakit infeksi mata yang umum terjadi:

a.   Bintitan : Infeksi mata ini biasanya timbul akibat adanya penumpukan minyak, sel kulit mati, dan kotoran yang menyumbat kelenjar minyak di sekitar bulu mata, sehingga bakteri akan dengan mudah berkembang biak.

Untuk mengobati bintitan, Anda bisa mengompres kelopak mata dengan air hangat selama 5–10 menit. Ulangi cara tersebut setidaknya 3–4 kali dalam sehari. Selain itu, hindari juga penggunaan lensa kontak dan make-up di area mata untuk sementara waktu.

b.   Konjungtivitis : Konjungtivitis merupakan infeksi yang terjadi pada konjungtiva, yaitu lapisan yang menutupi bagian putih bola mata dan bagian dalam kelopak mata. Meski terbilang tidak serius, infeksi mata ini bisa menyebabkan rasa tak nyaman.

Penyebab utama konjungtivitis adalah infeksi virus dan bakteri. Konjungtivitis akibat infeksi bakteri dapat diobati dengan antibiotik, baik dalam bentuk tetes mata maupun salep mata. Sementara, konjungtivitis akibat virus biasanya akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari.

c.   Keratitis : Keratitis adalah peradangan pada kornea mata yang bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, parasit, atau jamur. Karena penyebab keratitis berbeda, maka pengobatan yang diberikan tentu juga akan berbeda, disesuaikan dengan penyebabnya.

Sebagai contoh, keratitis akibat infeksi jamur akan diobati dengan obat antijamur, sementara keratitis akibat herpes simplex atau herpes zoster akan diobati dengan obat antivirus.

d.   Dakrioadenitis : Dakriodenitis adalah infeksi mata yang menyebabkan peradangan di saluran air mata (kelenjar lakrimalis). Ada banyak hal yang bisa memicu munculnya dakrodenitis, tetapi yang paling sering adalah infeksi virus dan bakteri.

e.   Blefaritis : Blefaritis juga termasuk dalam jenis infeksi mata. Kondisi ini bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, reaksi alergi, sumbatan pada kelenjar minyak di folikel bulu mata, atau bisa juga dipicu oleh dermatitis seboroik dan rosacea.

 

 

Referensi :

https://doktersehat.com/

https://www.klinikmatanusantara.com/

https://www.klikdokter.com/ 

https://www.alodokter.com/

https://hellosehat.com/

https://yankes.kemkes.go.id/

https://www.siloamhospitals.com/

https://walatrasehatmatasoftgelindonesia.wordpress.com/

https://kmu.id/

https://www.halodoc.com/  

https://www.idntimes.com

https://pixabay.com/id/

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar