Telinga adalah organ yang terletak pada
kedua sisi kepala dan bertanggung jawab untuk mendengar suara. Organ ini
memainkan peran penting dalam kehidupan, memungkinkan kamu untuk menikmati
musik, berkomunikasi, dan memperoleh informasi dari lingkungan sekitar.
Melalui telinga, kamu dapat menerima dan memproses gelombang suara menjadi informasi yang dapat otak mengerti. Sayangnya, tanpa adanya organ satu ini yang berfungsi dengan baik, kamu tentu akan kehilangan kemampuan untuk mendengar suara dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
A.
Bagian-Bagian
Telinga
Telinga terdiri dari tiga bagian utama
yang saling berhubungan dan bekerja sama dalam proses pendengaran. Sama halnya
dengan sistem tubuh lain, telinga yang tidak terjaga kesehatannya bisa
meningkatkan risiko gangguan pendengaran. Adapun
bagian-bagian dari organ telinga yaitu:
1.
Bagian Luar
Pertama adalah bagian luar. Bagian ini
terdiri dari pinna atau daun telinga yang terlihat pada sisi kepala dan saluran
telinga.
a.
Pinna atau daun telinga : Pinna adalah bagian yang tampak dari
telinga. Bagian ini tersusun dari tulang rawan yang keras yang tertutup oleh
kulit. Pada umumnya, bagian ini berfungsi mengumpulkan suara dari lingkungan
sekitar dan mengarahkannya ke saluran telinga.
b.
Saluran telinga : Saluran telinga yang merupakan jalur yang
mengarah ke telinga tengah. Pada saluran telinga, terdapat kelenjar yang
memproduksi zat yang bernama earwax atau serumen. Adapun fungsi dari earwax adalah
melindungi saluran telinga dengan merekatkan kotoran atau hewan kecil yang masuk
ke dalam telinga, serta membantu mencegah infeksi.
2.
Bagian Tengah
Telinga bagian tengah merupakan rongga
berisi udara yang terletak antara telinga bagian luar dan bagian dalam. Sama
halnya dengan bagian luar, bagian tengah terdiri dari beberapa komponen
penting, termasuk gendang telinga, tulang-tulang pendengaran, dan tabung
Eustachius.
a.
Gendang telinga atau membran timpani : Gendang
telinga adalah sepotong jaringan tipis yang terletak pada akhir saluran
telinga. Fungsinya menerima gelombang suara yang masuk melalui saluran telinga
dan mengubahnya menjadi getaran.
b.
Tulang-tulang pendengaran atau osikel : Ada tiga
tulang pendengaran kecil pada telinga bagian tengah yang bernama osikel. Mereka
terdiri dari Malleus (menempel pada gendang telinga), inkus (melekat pada
maleus), dan stapes (menempel pada inkus dan menjadi tulang terkecil pada
tubuh). Ketiga tulang ini berperan penting dalam mentransmisikan getaran dari
gendang telinga ke koklea (bagian dalam telinga).
c.
Tabung Eustachius : Tabung Eustachius adalah tabung sempit
yang menghubungkan telinga bagian tengah dengan bagian belakang hidung.
Fungsinya
untuk menjaga tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga tetap
seimbang. Ketika kamu berada pada tempat dengan perbedaan tekanan udara,
seperti pada pesawat atau menyelam, tabung Eustachius membantu menyesuaikan
tekanan pada telinga bagian tengah.
3.
Bagian Dalam
Telinga bagian dalam berperan dalam
mengubah getaran menjadi sinyal saraf yang dapat dipahami oleh otak. Bagian ini
terdiri dari koklea dan saluran setengah lingkaran.
a.
Koklea : Koklea memiliki bentuk yang menyerupai siput dan bertanggung jawab
untuk mengubah getaran dari telinga tengah menjadi sinyal saraf. Pada bagian
dalam koklea, terdapat rambut kecil yang mengubah getaran menjadi impuls
listrik. Selanjutnya, saraf koklea akan mengirimkan impuls listrik menuju
ke otak untuk diterjemahkan sebagai suara.
b.
Saluran setengah lingkaran : Saluran
setengah lingkaran terlihat seperti tiga tabung kecil yang terhubung. Bagian
ini memiliki cairan dan dilapisi oleh rambut kecil. Fungsinya membantu
menyeimbangkan tubuh. Ketika bergerak, cairan pada saluran ini bergerak
dan menggerakkan rambut kecil. Informasi posisi ini dikirim melalui saraf
vestibular ke otak untuk menjaga keseimbangan tubuh.
B.
Penyakit
Telinga
Telinga merupakan organ tubuh yang secara tidak sadar akan dipakai setiap hari. Karena itu, Kamu perlu menjaga kebersihan dan kesehatannya untuk mencegahnya dari penyakit telinga. Berikut ini jenis-jenis penyakit telinga yang sering muncul.
1.
Otitis Eksterna
Otitis eksterna adalah infeksi yang terjadi di saluran telinga luar. Infeksi telinga ini bisa terjadi akibat masuknya air ke dalam telinga saat mandi atau berenang. Air yang tidak bisa keluar akan menyebabkan liang telinga lembab sehingga memicu pertumbuhan bakteri.
Normalnya, kotoran telinga (serumen)
berfungsi untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang dapat memicu infeksi telinga.
Namun, jika saluran telinga kemasukan air secara berulang, risiko terkena
infeksi telinga atau otitis eksterna bisa
meningkat.
Otitis eksterna menyerang saluran telinga
luar, yaitu bagian antara lubang telinga dan gendang telinga. Infeksi telinga ini
lebih sering terjadi pada perenang. Oleh karena itu, otitis eksterna juga
dikenal dengan istilah swimmer’s ear.
a.
Penyebab Otitis Eksterna
Otitis eksterna umumnya disebabkan oleh
infeksi bakteri Staphylococcus
aureus atau Pseudomonas aeruginosa. Bakteri tersebut dapat
berkembang di dalam telinga karena beberapa faktor berikut:
1)
Kondisi lubang telinga yang terlalu
lembap, baik akibat keringat berlebih, cuaca lembap, maupun masuknya air ke dalam
telinga
2)
Liang telinga tergores atau lecet,
misalnya akibat menggaruk liang telinga dengan jari, membersihkan telinga
dengan cotton
bud, menggunakan earbuds, atau alat bantu dengar
3)
Iritasi atau reaksi alergi, misalnya
akibat penggunaan produk perawatan rambut
atau sampo yang
tidak sengaja masuk ke liang telinga
4)
Penyakit kulit yang dapat menyerang liang
telinga, seperti dermatitis dan psoriasis
Otitis eksterna sebenarnya juga bisa
disebabkan oleh infeksi jamur. Namun,
kasusnya jarang ditemukan.
b.
Gejala Otitis Eksterna
Berdasarkan tingkat keparahannya, gejala
otitis eksterna dapat dibagi menjadi tiga, yaitu ringan, sedang, dan berat.
Pada kondisi awal atau ringan, otisis eksterna umumnya menimbulkan gejala
berikut:
1)
Gatal dan kemerahan di liang telinga
2)
Telinga berair atau
keluar cairan bening
atau nanah dari dalam telinga
3)
Nyeri saat tonjolan di depan lubang
telinga (tragus) ditekan atau saat daun telinga ditarik
Sementara pada tingkat keparahan sedang,
penderita otitis eksterna bisa mengalami keluhan berupa:
1)
Liang telinga terasa penuh dan seperti
tersumbat akibat pembengkakan atau cairan dan kotoran telinga yang terlalu
banyak
2)
Kemampuan mendengar menurun
Jika tidak segera ditangani, infeksi akan
menyebar sehingga gejala akan memburuk. Pada kondisi yang parah atau berat,
gejala yang muncul antara lain:
1)
Gatal yang makin parah
2)
Daun telinga menjadi
kemerahan dan membengkak
3)
Nyeri di telinga menjalar ke wajah,
leher, dan kepala
4)
Pembengkakan
kelenjar getah bening di leher
5)
Liang telinga tersumbat total
6)
Demam
c.
Pencegahan Otitis Eksterna
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan
untuk mencegah otitis eksterna, yaitu:
1)
Gunakan pelindung telinga saat mandi atau
berenang agar air tidak masuk ke dalam telinga.
2)
Keringkan bagian luar telinga setelah
mandi atau berenang.
3)
Miringkan kepala atau lakukan cara mengeluarkan
air dari telinga bila air masuk ke dalam
telinga agar
air keluar.
4)
Konsultasikan terlebih dahulu dengan
dokter sebelum berenang jika baru saja sembuh dari infeksi telinga atau baru
menjalani operasi telinga.
5)
Jangan memasukkan benda yang bisa
menyebabkan lapisan liang telinga luka atau tergores.
6)
Jangan menggunakan cotton bud untuk
membersihkan liang telinga, karena akan mendorong kotoran masuk makin dalam.
7)
Jangan mengorek telinga dengan jari atau
benda lain.
2.
Otitis Media
Otitis media adalah infeksi pada telinga bagian tengah, tepatnya pada rongga di belakang gendang telinga. Infeksi telinga bagian tengah ini, sering kali timbul akibat batuk pilek, flu, atau alergi sebelumnya.
Semua orang bisa mengalami otitis media,
tetapi kondisi ini lebih sering terjadi pada anak-anak.
Berdasarkan penelitian, kebanyakan kasus otitis media menyerang anak-anak yang
berusia di bawah 3 tahun. Otitis media merupakan penyakit infeksi telinga pada
bayi yang
paling sering terjadi.
a.
Penyebab Otitis Media
Otitis media bisa disebabkan oleh infeksi virus maupun infeksi bakteri. Infeksi
tersebut sering kali dipicu oleh batuk pilek atau flu sebelumnya.
Di samping itu, ada beberapa faktor yang membuat seseorang lebih rentan
terserang otitis media,
yaitu paparan asap rokok dan kebiasaan minum susu dari botol sambil berbaring.
b.
Gejala Otitis Media
Otitis media ditKamui dengan sakit di
telinga dan keluarnya cairan dari telinga. Penderita juga bisa mengalami sakit
kepala dan sulit mendengar. Pada anak-anak, otitis media bisa menimbulkan
keluhan rewel, kehilangan selera makan dan sulit tidur di malam hari.
c.
Pencegahan
Otitis Media
Otitis media dapat dicegah dengan
menjauhkan anak dari paparan asap rokok dan polusi udara, dan memastikan anak
mendapatkan imunisasi lengkap
sesuai jadwal. Selain itu, berikan ASI eksklusif pada
bayi dan jangan membiarkan anak minum dari botol susu sambil berbaring.
3.
Tinnitus
Tinnitus adalah sensasi telinga berdenging yang bisa berlangsung sesaat atau dalam waktu yang lama. Kondisi ini dapat terjadi hanya di telinga kiri, telinga kanan, atau pada kedua telinga.
Tinnitus bukanlah suatu penyakit,
melainkan gejala dari kondisi lain, misalnya gangguan di organ
dalam telinga, gangguan di dalam pembuluh darah, atau karena efek samping
obat-obatan.
Tinnitus atau telinga berdengung
merupakan kondisi yang bisa dialami semua orang pada segala usia, baik
anak-anak maupun lansia. Namun, gejala ini lebih sering dialami oleh orang yang
usianya di atas 60 tahun.
a.
Penyebab Tinnitus
Di dalam telinga, terdapat rambut-rambut
halus yang berfungsi menerima gelombang suara dan mengubahnya menjadi sinyal
listrik. Selanjutnya, saraf pendengaran di dalam telinga akan menghantarkan
sinyal listrik tersebut ke otak, untuk diterjemahkan menjadi bunyi-bunyi yang
kita dengar.
Apabila rambut-rambut halus tersebut
rusak, saraf pendengaran akan mengirim sinyal listrik yang acak ke otak.
Kondisi inilah yang menyebabkan kuping seperti mendengar suara meski sebenarnya
tidak ada.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
kerusakan pada rambut-rambut di dalam telinga adalah:
1)
Kondisi yang memengaruhi telinga
Sebagian besar telinga berdengung
disebabkan oleh kondisi berikut:
·
Penyakit Meniere, yaitu gangguan pada
telinga yang bisa menyebabkan vertigo hingga kehilangan pendengaran
·
Cedera pada kepala dan
leher yang memengaruhi saraf pendengaran atau bagian otak yang terhubung ke
fungsi pendengaran
·
Disfungsi tuba eustachius atau saluran di
telinga yang terhubung ke tenggorokan, bisa akibat kehamilan, obesitas,
atau radioterapi
·
Ketegangan pada otot di telinga bagian
dalam, misalnya akibat multiple
sclerosis
·
Kotoran telinga yang terlalu banyak
sehingga menumpuk dan mengeras di saluran telinga
·
Pengerasan tulang di telinga tengah (otosklerosis)
yang disebabkan oleh kelainan pertumbuhan tulang
·
Tumor jinak di saraf penghubung otak dan
telinga yang mengontrol keseimbangan dan pendengaran (neuroma akustik)
2)
Gangguan pada pembuluh darah
Pada kasus yang jarang terjadi, telinga
berdengung dapat disebabkan oleh gangguan pada pembuluh darah, misalnya:
·
Tumor yang menekan pembuluh darah di
kepala atau leher
·
Gangguan aliran darah akibat penyempitan
pembuluh darah di leher
·
Penumpukan kolesterol di dalam pembuluh
darah dekat telinga bagian tengah dan dalam
·
Tekanan darah tinggi
b.
Gejala Tinnitus
Tinnitus ditKamui dengan sensasi
mendengar bunyi, padahal tidak ada suara di sekitarnya. Penderita tinnitus bisa
mengalami sensasi bunyi hanya pada salah satu telinga atau
pada kedua telinga. Sensasi bunyi itu dapat berupa:
1)
Dengung
2)
Desis
3)
Detak
4)
Gemuruh
5)
Raung
Sensasi suara di atas bisa terdengar
lembut atau keras. Pada beberapa kasus, sensasi suara seakan terdengar sangat
keras sampai mengganggu konsentrasi dan menutupi suara nyata di sekitarnya.
Telinga berdenging bisa terjadi dalam
jangka panjang atau hilang timbul. Sebagian besar bunyi tinnitus hanya bisa
didengar oleh penderitanya. Namun, pada kasus yang jarang terjadi, tinnitus
juga dapat didengar oleh dokter yang memeriksa telinga pasien.
Tinnitus kadang bisa disertai dengan
terlalu sensitif terhadap suara-suara tertentu, seperti suara orang bernapas,
menguap, atau mengunyah. Kondisi ini bernama misophonia.
c.
Pencegahan Tinnitus
Tidak semua tinnitus dapat dicegah.
Namun, pada beberapa kasus, telinga berdenging dapat dicegah dengan melakukan
sejumlah langkah berikut:
1)
Menyetel musik dengan suara yang tidak
terlalu keras, terutama bila mendengar melalui headphone
2)
Mengenakan pelindung telinga, terutama
pada orang yang berprofesi sebagai tentara, musisi atau pekerja pabrik
3)
Menjaga kesehatan jantung dan pembuluh
darah, yaitu dengan pola makan sehat dan rutin berolahraga
Tekanan darah tinggi juga
dapat menyebabkan kuping berdengung. Oleh sebab itu, lakukan pemeriksaan
tekanan darah secara ke rutin apabila Kamu menderita hipertensi. Tekanan darah
yang terkontrol dapat mengurangi risiko terjadinya tinnitus.
4.
Glue Ear
Glue ear adalah kondisi yang umum terjadi di masa kanak-kanak di mana cairan lengket seperti lem menumpuk di tengah-tengah telinga. Hal ini menyebabkan gangguan pendengaran pada si Kecil sehingga mengakibatkan keterlambatan berbicara.
Biasanya, keterlambatan bicara itulah
yang membuat para orangtua mengajak anak balitanya ke dokter umum karena takut
terdapat gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada sang anak.
Glue ear yang
sering dialami oleh anak-anak ini belum diketahui penyebab pastinya.
Diperkirakan cairan ini berkembang ketika tabung Eustasius tidak berfungsi
dengan baik.
Tabung Eustasius adalah saluran sempit
yang menghubungkan telinga tengah ke belakang hidung. Fungsinya untuk menjaga
tekanan udara yang sama di kedua sisi gendang telinga, dan ketika gagal,
tekanan turun dan ruang diisi dengan cairan yang bocor dari jaringan
sekitarnya.
Penumpukan cairan tersebut mengganggu
gerakan normal tiga tulang kecil yang mengirimkan getaran suara ke telinga
bagian dalam.
Kondisi ini sangat umum terjadi
Ma. Terutama pada anak-anak prasekolah. Sedangkan untuk anak 6 tahun ke
atas biasanya lebih jarang untuk mengalami ini.
Diperkirakan, sekitar 90% anak-anak akan
mengalami setidaknya satu kali kondisi glue ear sebelum mereka berusia 10 tahun.
Dari seluruh kasus glue ear
pada anak, 50% terjadi karena adanya infeksi telinga. Kasus ini akan membaik
dalam waktu tiga bulan.
Gejala Glue Ear
Sebagian orangtua bisa jadi tidak
mengetahui anaknya memiliki cairan seperti lem di dalam kupingnya. Sebab, pada
umumnya anak-anak balita belum memahami kondisi pada dirinya. Selain itu, ia
mungkin belum bisa menjabarkan keluhannya kepada ibu.
Begitu pun dengan orangtua, karena cairan
ini terdapat di dalam telinga dan tak bisa dilihat oleh mata, terkadang ibu
tidak sadar si Kecil mengalami kondisi glue ear.
Maka dari itu, penting untuk mengetahui
gejala glue
ear pada anak. Berikut ini gejala yang perlu diketahui oleh
orangtua untuk mengetahui apakah anaknya mengalami glue ear atau tidak:
1)
Kehilangan
pendengaran mulai dari ringan sampai sedang
Gejala ini dapat mama perhatikan melalui
aktivitas sehari-hari anak. Misalnya, ia menghiraukan ucapan ibu atau bahkan
tidak menjawab ketika ditanya, selalu meminta ibu mengulang ucapan ibu, jika
menonton tv atau media digital lainnya, dia selalu menambah volumenya lagi dan
lagi, dan hal lainnya yang berhubungan dengan pendengaran.
2)
Keterlambatan
bicara
Gejala ini dapat diketahuii dengan
perkembangan bahasa anak yang tidak berkembang sebaik anak lain seusianya.
5. Otitis Intern
Infeksi Telinga Dalam (Otitis Interna)
adalah infeksi yang berkenaan dengan bagian dalam telinga, termasuk koklea dan
vestibularis. Otitis interna dapat menyebabkan gangguan keseimbangan, mual,
muntah, dan berbagai masalah pendengaran.
a.
Gejala
Otitis Interna
Gejala infeksi telinga dapat bervariasi
tergantung pada jenisnya, namun beberapa gejala umum yang dapat diperhatikan
meliputi:
1)
Nyeri telinga yang tajam atau
terus-menerus.
2)
Demam, terutama pada anak-anak.
3)
Gangguan pendengaran atau rasa penuh di
telinga.
4)
Keluarnya cairan atau nanah dari telinga
(pada infeksi telinga tengah).
5)
Gatal atau kemerahan di sekitar telinga
(pada infeksi telinga luar).
6)
Gangguan keseimbangan (pada infeksi
telinga dalam).
b.
Pencegahan
Otitis Interna
Beberapa langkah yang dapat ambil
untuk mencegah infeksi telinga meliputi:
1)
Jaga Kebersihan Telinga: Bersihkan
telinga sebelah luar secara lembut dengan menggunakan kapas yang
dibasahi dengan air, dan hindari memasukkan benda-benda ke dalam telinga.
2)
Hindari Kelembaban Berlebihan: Pastikan
telinga tetap kering setelah berenang atau mandi. Gunakan penutup telinga jika
perlu.
3)
Vaksinasi:Pastikan anak-anak mendapatkan
vaksinasi rutin, karena beberapa infeksi seperti flu dapat menyebabkan otitis
media.
4)
Kontrol Infeksi Saluran Pernapasan:
Infeksi saluran pernapasan yang tidak diobati dapat menyebar ke telinga tengah,
jadi penting untuk merawatnya dengan baik.
5)
Hindari Merokok:Paparan asap rokok dapat
meningkatkan risiko infeksi telinga pada anak-anak.
6.
Kotoran Telinga
Kotoran
telinga, baik kotoran telinga kering atau basah, memiliki peran dalam
melindungi saluran pendengaran dari masuknya benda asing dari luar. Namun,
kotoran telinga juga bisa menyebabkan masalah, terutama jika sudah terlalu
banyak dan menumpuk.
Kotoran telinga bisa mengering karena
terlalu lama berada di saluran telinga. Bila menumpuk, kotoran telinga dapat
menyebabkan penyumbatan di saluran telinga (serumen prop)
sehingga mengganggu pendengaran.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
penumpukan kotoran telinga kering, seperti memiliki saluran telinga yang sempit
dan berambut, kebiasaan menggunakan cotton buds atau earphone, dan memasukkan benda asing ke
saluran telinga. Hal-hal tersebut dapat membuat kotoran telinga terdorong lebih
dalam.
a.
Gangguan Akibat Kotoran Telinga Kering Menumpuk
Kotoran telinga kering yang menumpuk
seringkali ditKamui dengan gejala telinga terasa tidak nyaman dan penuh seperti
ada yang mengganjal. Tak hanya itu, ada juga beberapa gangguan lainnya yang
mungkin muncul, seperti:
1)
Kemampuan pendengaran menurun
Kotoran telinga kering yang menumpuk
dapat menyumbat saluran telinga, sehingga berisiko membuat kemampuan
pendengaran menurun. Kondisi ini juga memungkinkan terjadinya telinga
berdenging (tinnitus).
Infeksi
dan iritasi
Penumpukan kotoran telinga kering yang
tidak segera dibersihkan dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi akibat
pertumbuhan bakteri di sekitar saluran telinga. Selain itu, membersihkan
kotoran telinga kering dengan cara yang tidak tepat juga bisa menyebabkan
telinga luka, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya iritasi.
2)
Kesulitan dalam pemeriksaan telinga
Kotoran telinga kering yang menumpuk akan
membuat dokter kesulitan dalam mendiagnosis penyakit telinga yang mungkin
terjadi. Hal ini karena tumpukan kotoran menghalangi pKamungan dokter saat
memeriksa bagian dalam telinga.
b.
Cara Membersihkan Kotoran Telinga Kering Menumpuk
Berikut ini adalah beberapa cara membersihkan
kotoran telinga menumpuk yang bisa Kamu lakukan:
1)
Gunakan obat tetes alami, seperti air
garam, minyak zaitun, dan
minyak kelapa, yang dapat membantu melunakkan kotoran telinga kering sehingga
bisa dikeluarkan dengan mudah.
2)
Gunakan obat tetes telinga
di apotek, seperti
asam asetat, natrium bikarbonat, dan hidrogen peroksida yang
juga berfungsi untuk melunakkan kotoran telinga.
3)
Perikasakan ke dokter jika penanganan di
rumah tidak berhasil. Biasanya dokter akan melakukan irigasi telinga untuk
membilas kotoran telinga kering. Namun, cara ini tidak dapat dilakukan jika
terdapat cedera atau gangguan pada
gendang telinga karena bisa memicu infeksi dan kerusakan fungsi pendengaran.
Hal penting yang perlu Kamu ingat adalah
melunakkan kotoran telinga kering yang menumpuk membutuhkan waktu lebih dari
sehari. Jadi, kemungkinan Kamu harus meneteskan obat tetes telinga secara rutin
sampai kotoran telinga terasa lunak dan mudah dikeluarkan.
Hindari membersihkan kotoran telinga
dengan cara memasukkan benda tertentu ke dalam telinga dan menariknya, apalagi
dengan bantuan benda tajam. Hindari juga penggunaan ear candle atau
lilin telinga karena tidak terbukti efektif dan justru berisiko menyebabkan
cedera, seperti terbakar.
Apabila Kamu memiliki riwayat gangguan
telinga sebelumnya atau mulai merasakan nyeri telinga, terutama yang disertai
dengan gangguan pendengaran atau demam, disarankan untuk tidak membersihkan
telinga sendiri. Selain itu, Kamu juga dianjurkan untuk pergi ke dokter agar
mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang sesuai.
7.
Gendang Telinga Pecah
Gendang
telinga pecah adalah kondisi ketika terdapat lubang atau robekan pada gendang
telinga (membran timpani). Kondisi ini biasanya disebabkan oleh cedera pada
telinga atau komplikasi dari infeksi telinga.
Gendang telinga berfungsi untuk menerima
gelombang suara dari telinga luar, mengubahnya menjadi getaran, lalu meneruskan
getaran suara tersebut ke telinga bagian tengah dan dalam.
Di telinga bagian dalam, getaran akan
diubah menjadi sinyal listrik untuk kemudian dikirim ke otak agar diterjemahkan
menjadi suara. Jika gendang telinga rusak atau pecah, proses pendengaran dapat
terganggu.
Gendang telinga pecah dapat sembuh
sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan. Namun, pada beberapa kasus,
kondisi ini memerlukan tindakan medis berupa operasi.
a.
Penyebab Gendang Telinga Pecah
Gendang telinga yang pecah dapat
disebabkan oleh beberapa kondisi berikut:
1)
Infeksi : Infeksi telinga,
terutama di telinga bagian tengah (otitis media),
merupakan penyebab umum terjadinya gendang telinga pecah. Infeksi telinga
membuat cairan di telinga menumpuk sehingga gendang telinga bisa tertekan dan
robek.
2)
Tekanan : Perbedaan drastis pada tekanan antara telinga luar dan telinga
tengah, seperti saat menyelam, naik pesawat, berkendara ke dataran tinggi, atau
mendaki gunung, dapat menyebabkan gendang telinga robek. Kondisi ini
disebut barotrauma.
3)
Cedera : Pecahnya gendang telinga juga dapat disebabkan oleh cedera pada
telinga atau sisi kepala. Selain itu, cedera langsung akibat memasukkan benda
ke dalam liang telinga, seperti cotton bud atau alat korek telinga, juga bisa
menyebabkan gendang telinga pecah.
4)
Suara keras : Suara yang sangat keras atau suara
ledakan, seperti suara tembakan, dapat menyebabkan gendang telinga pecah.
Kondisi ini disebut dengan acoustic trauma. Namun, kasus seperti ini jarang
terjadi.
b.
Gejala Gendang Telinga Pecah
Gejala utama yang
muncul saat gendang telinga pecah adalah nyeri di telinga secara tiba-tiba.
Nyeri dapat memburuk dalam beberapa menit, lalu bisa langsung mereda
setelahnya. Namun, pada sebagian kecil kasus, nyeri juga bisa bertahan lebih
lama.
Di samping keluhan nyeri telinga,
penderita gendang telinga pecah dapat mengalami gejala penyerta yang
berbeda-beda, antara lain:
1)
Gangguan pendengaran
2)
Demam
3)
Gatal di telinga
4)
Tinnitus atau
suara berdenging di telinga
5)
Keluarnya cairan berupa nanah yang bisa
bercampur darah dari lubang telinga
6)
Vertigo
c.
Pencegahan Gendang Telinga Pecah
Pencegahan gendang telinga pecah dapat
dilakukan dengan melindungi gendang telinga. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan adalah:
1)
Jangan membersihkan telinga dengan benda
apa pun. Cotton
bud atau kapas hanya boleh digunakan untuk membersihkan daun
telinga
2)
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika
mengalami infeksi atau gangguan lain pada telinga
3)
Hindari melakukan perjalanan dengan
pesawat ketika sedang mengalami pilek atau sinusitis.
4)
Gunakan penutup telinga, kunyah permen
karet, atau menguap saat terjadi perubahan tekanan telinga, agar tekanan yang
ada di dalam telinga tetap stabil.
5)
Gunakan penutup telinga jika bekerja di
lingkungan yang bising.
8.
Kolesteatoma
Kolesteatoma
adalah kumpulan sel-sel kulit yang tumbuh tidak normal di telinga bagian
tengah, tepatnya di belakang gendang telinga. Kondisi ini dapat
menyebabkan berbagai gangguan pada sistem pendengaran, keseimbangan, dan fungsi
otot-otot wajah.
Kolesteatoma bukan
termasuk kanker dan merupakan kondisi yang jarang terjadi. Pertumbuhan sel-sel
kulit yang abnormal pada kolesteatoma bisa terjadi karena infeksi telinga
tengah berulang (otitis media) atau
kelainan bawaan.
Walaupun bukan kanker, kolesteatoma dapat
terus berkembang hingga merusak struktur tulang di telinga tengah. Akibatnya,
penderita kolesteatoma bisa mengalami gangguan pendengaran dan komplikasi
serius lainnya.
a.
Penyebab Kolesteatoma
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
penyebab utama dari kolesteatoma adalah infeksi telinga tengah yang terjadi
secara berulang. Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh adanya gangguan pada
tuba eustachius, yaitu saluran yang menghubungkan bagian belakang hidung dengan
telinga bagian tengah.
Tuba eustachius berfungsi menjaga tekanan
di dalam dan di luar telinga tetap seimbang. Namun, ada beberapa kondisi yang
dapat menyebabkan gangguan pada fungsi tuba eustachius, yaitu:
1)
Infeksi telinga yang terjadi lama
(kronis)
2)
Sinusitis
3)
Batuk pilek
Ketika terjadi gangguan pada tuba
eustachius, akan muncul tekanan yang menyebabkan sebagian gendang telinga dan
sebagian kulit telinga tengah tertarik ke dalam. Kulit tersebut kemudian
membentuk kista berisi cairan telinga dan sel-sel kulit mati yang dapat
bertambah besar seiring waktu.
Kolesteatoma juga dapat disebabkan oleh
kerusakan pada gendang telinga yang terjadi akibat cedera, infeksi, atau efek
samping operasi telinga.
Meski jarang terjadi, kolesteatoma dapat
terjadi akibat kelainan kongenital. Pada kasus ini, kolesteatoma berkembang
tanpa ada riwayat infeksi telinga sebelumnya.
b.
Gejala Kolesteatoma
Umumnya, kolesteatoma hanya terjadi di
salah satu sisi telinga. Pada tahap awal, kondisi ini mungkin tidak akan
menimbulkan gejala. Keluhan baru akan muncul ketika kolesteatoma bertambah
besar. Beberapa gejala tersebut meliputi:
1)
Telinga berdenging (tinnitus)
2)
Pusing atau vertigo
3)
Nyeri di belakang telinga
4)
Keluar cairan dan kotoran yang
berbau tidak sedap dari telinga
5)
Rasa tidak nyaman atau penuh di telinga
6)
Gangguan pendengaran di telinga yang
terkena
7)
Perubahan rasa dan bau masakan
c.
Pencegahan Kolesteatoma
Tidak ada langkah pencegahan khusus yang
dapat dilakukan jika kolesteatoma disebabkan oleh kelainan kongenital. Meski
demikian, anak yang menderita kolesteatoma disarankan untuk menjalani
pemeriksaan THT secara rutin untuk mencegah perburukan penyakit.
Jika kolesteatoma disebabkan oleh infeksi
telinga berulang, pengobatan sejak dini sampai tuntas dapat mencegah terjadinya
penyakit ini.
9.
Labirinitis
Labirinitis
adalah infeksi pada labirin telinga, yaitu saluran di telinga bagian dalam.
Labirinitis atau labirintitis dapat menyebabkan gejala berupa mual, vertigo,
dan gangguan pendengaran.
Labirin telinga terdiri
dari saluran setengah lingkaran (kanalis semisirkularis) dan saluran berbentuk
seperti siput (koklea). Keduanya dihubungkan dengan saluran bernama vestibulum.
Labirin telinga berfungsi untuk
menyalurkan suara ke otak dan mengatur keseimbangan tubuh. Labirinitis terjadi
jika labirin atau salah satu saraf di dalamnya terinfeksi bakteri atau virus.
Labirinitis atau labirintitis dapat menyerang salah satu atau kedua telinga.
a.
Penyebab Labirinitis
Labirinitis disebabkan oleh infeksi
di saraf kranial ke-8
atau labirin telinga itu sendiri. Infeksi tersebut bisa terjadi akibat virus
atau bakteri.
Virus penyebab labirinitis umumnya
berasal dari beberapa penyakit, seperti:
1)
Influenza
3)
Herpes
4)
Campak
5)
Rubella
6)
Polio
7)
Hepatitis
8)
Epstein-Barr
Sementara itu, labirinitis akibat infeksi
bakteri umumnya terjadi pada anak-anak yang terkena otitis media. Pada
kasus yang jarang terjadi, labirinitis juga bisa disebabkan oleh infeksi
bakteri meningitis atau
cedera kepala.
b.
Gejala Labirinitis
Gejala labirinitis bisa terjadi secara
tiba-tiba, terutama ketika bangun tidur pagi. TKamu dan gejala labirintitis
antara lain:
1)
Hilang keseimbangan
2)
Vertigo
3)
Mual dan muntah
4)
Telinga berdenging (tinnitus)
5)
Pendengaran berkurang
6)
Penglihatan kabur
c.
Pencegahan Labirinitis
Labirinitis tidak selalu bisa dicegah.
Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko terkena
gangguan kesehatan yang menyebabkan labirinitis, yaitu:
1)
Tidak merokok
2)
Menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat agar terhindar dari infeksi
3)
Mengobati otitis media hingga sembuh
4)
Melakukan vaksinasi untuk mencegah
campak, gondongan,
dan rubella
5)
Membatasi konsumsi minuman beralkohol
6)
Mengelola stres dengan baik
10.
Otosklerosis
Otosklerosis adalah kondisi adanya pertumbuhan
tulang yang tidak normal di dalam telinga. Secara bahasa, kata oto berarti
telinga dan sklerosis berarti
pengerasan jaringan tubuh yang tidak normal.
Ada 3 (tiga) tulang kecil di dalam
telinga yang bergetar ketika gelombang suara masuk. Tulang-tulang ini
mengirimkan gelombang suara ke koklea (telinga bagian dalam), yang mengubah
gelombang suara menjadi sinyal yang kemudian dikirim ke otak.
Penyakit ini menyerang tulang-tulang
penyusun telinga dan menyebabkan gangguan pendengaran konduktif. Itu artinya,
ada masalah dengan cara telinga menstransmisikan getaran suara.
Normalnya, getaran suara disalurkan oleh
telinga bagian luar ke gendang telinga (membran timpani). Kemudian gendang
telinga mengirimkan suara ke tulang maleus, tulang inkus, dan tulang stapes.
Ketika tulang stapes bergetar, cairan di
telinga bagian dalam ikut bergerak dan merangsang sel-sel rambut di telinga
bagian dalam untuk mengubah getaran suara menjadi sinyal listrik yang akan
dikirim ke otak.
Pada orang dengan gangguan tulang
pendengaran ini, stapes (tulang sanggurdi) mulai menyatu dengan tulang di
sekitarnya. Kondisi ini membuat tulang tidak dapat bergetar dengan bebas dan
membatasi kemampuan telinga untuk menstransmisikan suara dengan benar.
Semakin sedikit pergerakan tulang,
semakin parah tingkat gangguan pendengaran yang dialami. Kondisi ini dapat
menyerang wanita dan pria, meskipun memiliki insidennya lebih tinggi terjadi
pada wanita.
a.
Penyebab Otosklerosis
Otosklerosis terjadi karena adanya
pertumbuhan tulang abnormal di telinga bagian tengah, paling sering pada tulang
stapes. Belum diketahui secara pasti mengapa tulang tersebut tumbuh. Namun,
terdapat sejumlah faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini,
yaitu :
1)
Berusia 20-30 tahun.
2)
Berjenis kelamin wanita.
3)
Memiliki keluarga dengan riwayat
otosklerosis.
4)
Menderita campak
5)
Mengalami cedera pada tulang telinga
bagian dalam.
6)
Memiliki daya tahan tubuh yang lemah.
b.
Gejala Otosklerosis
Gejala utama otosklerosis adalah gangguan
pendengaran, yang dapat terjadi pada satu atau kedua telinga. Gejala ini pada
awalnya membuat penderita tidak dapat mendengar suara bernada rendah, seperti
bisikan, kemudian gejala tersebut akan memburuk seiring berjalannya waktu.
Selain gangguan pendengaran, otosklerosis
juga dapat menimbulkan gejala lainnya, seperti :
1)
Pusing
2)
Telinga berdenging (tinnitus)
3)
Gangguan keseimbangan
c.
Pencegahan Otosklerosis
Otosklerosis tidak bisa dicegah, karena
penyebabnya belum diketahui secara pasti. Selain itu, sejumlah faktor yang
dapat meningkatkan risiko terjadinya otosklerosis juga sulit dicegah, terutama
faktor keturunan. Oleh karena itu, konseling pranikah disarankan pada pasangan
yang memiliki keluarga dengan riwayat otosklerosis.
Referensi
https://www.herminahospitals.com/
Sumber gambar : https://pixabay.com/id/photos/search/telinga/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar